Meskipun masih berusia muda, kamu
harus kenali gejala neuropati sedini mungkin agar tak menderita kerusakan saraf
permanen.
Ketua
Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) mengatakan diagnosis neuropati sedini mungkin
dapat mencegah kerusakan saraf yang irreversible atau tidak dapat diubah.
“Serabut saraf bisa melakukan regenerasi jika didiagnosis lebih awal atau lebih
dini," ujar Manfaluthy, dilansir dari Antara, Minggu (26/6).
Manfaluthy mengatakan bila diagnosis dilakukan terlambat, ditakutkan akan ada
satu titik kerusakan serabut saraf lebih dari 50 persen yang disebut sebagai
"point of no return" atau tidak bisa kembali normal lagi.
"Maka pasien tersebut akan menjalankan sisa hidupnya dengan neuropati,”
kata Manfaluthy.
Sebagai informasi, neuropati adalah sebutan untuk kerusakan pada sistem saraf
tepi.
Kerusakan bisa mengenai sistem saraf sensorik atau perasa, sistem saraf motorik,
sistem saraf otonom, ataupun kombinasi dari ketiga sistem saraf tersebut.
Adapun sejumlah gejala neuropati antara lain kesemutan, kram, rasa terbakar,
kaku-kaku, kulit kering atau mengkilap, dan mati rasa.
Apabila gejala kesemutan mulai cenderung terjadi secara terus-menerus dan
intensitasnya meningkat, Manfaluthy menganjurkan agar pasien segera datang
memeriksakan diri ke dokter.
“Kesemutan yang normal terjadi saat bagian tubuh menekuk dan segera hilang jika
beberapa waktu kemudian. Namun, kesemutan pada neuropati terjadi tanpa posisi
tubuh yang menekuk,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Manfaluthy memaparkan neuropati pada tahap awal bisa diobati.
Menurut data penelitian yang dia himpun, pemberian vitamin neurotropik pada
pasien selama 12 minggu menunjukkan penurunan angka total symptom score (TSS)
yang progresif dan signifikan.
“Neuropati itu bisa dicegah dan diobati bila masih stadium awal sampai sedang.
Caranya dengan istirahat yang cukup, gizi seimbang, dan olahraga secara
teratur,” kata Manfaluthy.
Sumber : IDNNews.co